BAB I
PENDAHULUAN
Revolusi
biasanya diartikan sebagai suatu perubahan yang terjadi secara cepat,
perombakan, pembaharuan yang radikal, mengganti tatanan lama menjadi tatanan
baru dari kehidupan masyarakat. Namun revolusi lebih sering diartikan orang
sebagai suatu pemberontakan. Revolusi biasanya didahului oleh adanya evolusi
melalui proses yang cukup matang. Meskipun antara revolusi dan evolusi memiliki
pengertian yang berbeda namun antara keduanya sulit dipisahkan.
Revolusi
sering juga dilukiskan sebagai suatu perubahan mendasar yang dapat berakibat
mempengaruhi pola pikir masyarakat atau rakyat, kehidupan, dan cara-cara menata
pemerintahan. Revolusi industri memicu tibulnya berbagai peristiwa yang
menjadikan manusia mengerti arti human nature dan lingkungan masyarakat.
Terjadi
berbagai perubahan dalam industri barang-barang dan dalam perdagangan selama
tahun 1700 yang mengantarkan pada peristiwa revolusi. Revolusi industri
menghasilkan cara-cara menggunakan metode-metode produksi dan pola-pola baru
dalam kehidupan ekonomi. Pada revulusi industri, perubahan tidak hanya terjadi
pada aspek industri, namun juga mengubah kehidupan masyarakat di berbagai
aspeknya. Revolusi industri diwarnai oleh berbagai perubahan. Perubahan cara
kerja yang radikal dari penggunaan tenaga manusia menjadi cara kerja dengan
tenaga mesin yang bekerja secara mekanis. Dengan ini dimulailah zaman
mesin yang memberi sumbangan positif maupun negatif bagi masyarakat.
Adapun
rumusan masalah dari penulisan makalah ini sebagai berikut:
1.
Bagaimana
tantangan di era industri 4.0?
2.
Apa
saja skill yang dibutuhkan bersaing di era industri 4.0?
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
Penulisan ini memilki tujuan sebagai
berikut:
1.
Kita bisa mengetahui tantangan di era industri
4.0
2. Mengatahui
skill yang dibutuhkan untuk dapat bersaing di era industri 4.0
Manfaat dari penulisan makalah revolusi
industri 4.0 memberi pemahaman yang lebih kapada semua pembaca. Dimulai dari
tantangan di era revolusi sampai skill yang di butuhkan.
1.4 METODOLOGI
Metode yang
digunakan dalam pengumpulan data karya ilmiah yang berjudul “BERSAING DI ERA
REVOLUSI INDUSTRI 4.0” ini adalah metode
penelitian deskriptif
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 REVOLUSI INDUSTRI 4.0
2.1.1 PENGERTIAN
Industri 4.0 adalah
industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Ini
merupakan tren otomatisasi dan pertukaran data dalam teknologi manufaktur. Ini
termasuk sistem cyber-fisik, Internet of Things (IoT), komputasi awan dan
komputasi kognitif.
2.1.2 SEJARAH
Industrialisasi
dunia dimulai pada akhir abad ke-18 dengan munculnya tenaga uap dan penemuan
kekuatan alat tenun, secara radikal mengubah bagaimana barang-barang
diproduksi. Seabad kemudian, listrik dan jalur perakitan memungkinkan produksi
massal. Pada 1970-an, revolusi industri ketiga dimulai ketika kemajuan dalam
otomatisasi bertenaga komputer memungkinkan kita memprogram mesin dan jaringan.
Hari ini, revolusi industri keempat mengubah ekonomi,
pekerjaan, dan bahkan masyarakat itu sendiri. Di bawah pengertian apa itu
Industri 4.0, banyak teknologi fisik dan digital yang digabungkan melalui
analitik, kecerdasan buatan, teknologi kognitif, dan Internet of Things (IoT)
untuk menciptakan perusahaan digital yang saling terkait dan mampu menghasilkan
keputusan yang lebih tepat.
Perusahaan digital dapat
berkomunikasi, menganalisis, dan menggunakan data untuk mendorong tindakan cerdas
di dunia fisik. Singkatnya, revolusi ini menanamkan teknologi yang cerdas dan
terhubung tidak hanya di dalam perusahaan, tetapi juga kehidupan sehari-hari
kita.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 ELEMEN INDUDTRI 4.0
![]() |
Seperti pada penjelasan definisi Industri 4.0 sebagai lanjutan dari industri 3.0 yang menambahkan instrumen konektivitas untuk memperoleh dan mengolah data, otomatis perangkat jaringan, IoT, big data analytics, komputasi awan dan keamanan cyber merupakan komponen utama dalam industri 4.0.
Perangkat
konektivitas tersebut dihubungkan pada perangkat fisik industri. Tujuannya
adalah untuk menerima dan mengirim data sesuai perintah yang ditentukan, baik
secara manual maupun otomatis berdasar keecerdasan buatan.
Perangkat IoT pada Industri 4.0 dikenal
dengan IIoT atau Industrial Internet of Things, yang sebelumnya sangat berguna
untuk monitoring secara internal.
Dalam konsep industri 4.0, perangkat IoT
tersebut dapat terhubung ke jaringan WAN melalui lingkungan cloud. Sampai di
lingkungan cloud, data dapat diproses dan di sebar ke pihak lain. Disini
memerlukan otomatisasi dan orkestrasi pada lingkungan hybrid cloud. Salah satu
caranya adalah dengan menggunakan pendekatan DevOps yang memakai sistem
kontainerisasi untuk memudahkan pengembang dan pihak operasional untuk terus
meningkatkan performa dan layanan.
Ketika berhadapan dengan sesuatu yang sangat luas, ada gunanya untuk
memeriksa bagaimana hal itu dapat memengaruhi elemen tertentu, kita dapat konsentrasikan
pada empat hal:
1. MASYARAKAT
Para
eksekutif tampaknya melihat teknologi tanpa rasa takut, sebagai equalizer hebat
yang akan memberikan lebih banyak akses ke pendidikan, pekerjaan, atau
pembiayaan di berbagai geografi dan kelompok sosial yang berbeda.
Dan
sebagian besar eksekutif melihat bisnis — baik publik (74 persen) dan swasta
(67 persen) —sebagai yang paling berpengaruh pada bagaimana Industri 4.0 akan
membentuk masyarakat, bersama dengan dukungan pemerintah.
Namun
banyak eksekutif tidak percaya organisasi mereka sendiri memegang kendali atas
isu-isu seperti pendidikan dan pembelajaran bagi karyawan, kelestarian
lingkungan, atau mobilitas sosial dan geografis. Kesenjangan ini digemakan oleh
harapan Milenium, yang percaya bisnis multinasional tidak sepenuhnya menyadari
potensi mereka untuk meringankan tantangan terbesar masyarakat.
2.
STRATEGI
Bahkan saat para pemimpin mengenali perubahan yang
ditunjukkan oleh Perindustrian 4.0, banyak yang tetap fokus pada operasi bisnis
jangka pendek secara tradisional. Peluang jangka panjang dapat menciptakan
nilai bagi para pemangku kepentingan langsung dan tidak langsung mereka.
Sebuah penelitian menemukan
bahwa 57 persen responden CxO (tingkatan eksekutif) menempatkan pengembangan
produk bisnis sebagai masalah utama mereka, dengan peningkatan produktivitas
sebesar 56 persen.
Sementara isu-isu ini pas
dengan beberapa elemen Industri 4.0, mereka tetap mengandalkan cara tradisional
yang mungkin tidak menangkap janji revolusi 4.0 ini.
Industri 4.0 memerlukan
pembelajaran berkelanjutan untuk:
·
menggali sumber-sumber talenta,
·
mencapai pasar yang kurang terlayani,
·
menawarkan alat prediksi untuk membantu
meningkatkan proses dan mengurangi
risiko,
·
menghubungkan rantai pasokan,
·
memungkinkan sistem yang lebih lincah, dan
banyak lagi.
3.
TEKNOLOGI
Revolusi
industri keempat memegang janji teknologi digital dan fisik yang terintegrasi.
Pendekatan ini dapat meningkatkan operasi organisasi, produktivitas,
pertumbuhan, dan inovasi.
Namun alih-alih menggunakan
teknologi digital untuk melakukan hal yang sama yang selalu mereka lakukan
sebelumnya, hanya untuk perkara lebih cepat dan lebih baik. Padahal, banyak
peneliti menemukan bahwa organisasi Industry 4.0 yang benar menggunakannya
untuk membuat model bisnis baru.
Organisasi
yang memperluas penggunaan teknologi Industri 4.0 untuk menyertakan pemasok,
pelanggan, pekerja, mitra, dan pihak lain dalam ekosistem mereka dapat
menemukan manfaat yang lebih transformatif.
Masalahnya
dimana ? Menurut sebuah survei, hanya 20 persen dari CxO yang menganggap
organisasi mereka sangat siap untuk menangani bisnis dan model pengiriman baru
ini. Dan, kurang dari 15 persen percaya bahwa mereka sangat siap untuk
teknologi pintar dan otonom.
4.
TENAGA
AHLI
Banyak
eksekutif tampaknya tidak merasakan mendesaknya menangani tantangan masa depan,
yakni tenaga trampi. Walau meskipun hanya seperempatnya sangat yakin mereka
memiliki komposisi tenaga kerja yang tepat dan keahlian yang dibutuhkan untuk
masa depan.
Ini
dapat dijelaskan oleh temuan bahwa sebagian besar eksekutif percaya bahwa
mereka melakukan semua yang mereka bisa, bahwa mereka dapat mengandalkan sistem
pendidikan yang ada, dan bahwa karyawan mereka saat ini dapat dilatih kembali.
Sederhananya,
mereka prihatin tetapi juga tidak percaya perubahan radikal diperlukan untuk
akhirnya membawa mereka ke mana mereka harus pergi.
Meskipun
secara historis teknologi menciptakan lebih banyak pekerjaan daripada yang
dihancurkan, pekerjaan yang baru diciptakan ini harus didorong oleh
pengembangan tenaga kerja yang efektif.
Berikut beberapa tantangan yang ada dalam industri 4.0:
1.
TRANSFORMASI INDUSTRI
: DISRUPTIVE EFFECT
Industri 4.0 berpotensi merusak industri
lama, dan menghasilkan industri baru
dengan model bisnis baru.
2.
KETIMPANGAN EKONOMI
: PLATFORM EFFECT
Semakin melebarnya ketimpangan ekonomi
antara pemilik modal dan tenaga kerja.
3.
PENGANGGURAN MASSAL : AUTOMATION EFFECT
Di era Industri 4.0 semakin banyak pekerjaan
manusia yang tergantikan oleh robot
(otomasi).
3.3 SKILL YANG DIPERLUKAN DIERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Untuk bersaing di era industri 4.0, ada beberapa skill yang di butuhkan,
antara lain:
3.3.1 HARD SKILL
1. KEMAMPUAN INTERNET
Kemampuan untuk menghubungkan segala sesuatu
pada berbagai lini usaha dengan
internet.
2. KECERDASAN BUATAN
Kemampuan untuk mengembangkan dan
menanamkan suatu kecerdasan buatan pada
suatu sistem.
3. OTOMATISASI ROBOT
Kemampuan untuk mengotomasi dan
mengoptimasi suatu pekerjaan dengan
menggunakan metode tertentu.
1. PEMECAHAN MASALAH
YANG KOMPLEKS
Identifikasi masalah, identifikasi penyebab,
melihat berbagai kemungkinan solusi.
2. BERPIKIR KRITIS
Kemampuan untuk berpikir secara terperinci,
realistis, feasible, dan kognitif.
3. KREATIF
Kemampuan untuk terus berinovasi, menemukan
solusi alternatif dari pemasalahan yang
dihadapi.
4. PEOPLE MANAGEMENT
Kemampuan untuk mengatur,memimpin dan memberdayakan SDM secara tepat sasaran dan
efektif.
5. BERKORDINASI DENGAN
ORANG LAIN
Kemampuan untuk kerjasama tim ataupun
bekerja dengan orang lain yang berasal
dari luar tim.
6. KECERDASAN
EMOSIONAL
Kemampuan untuk mengatur, menilai, menerima,
serta mengontrol emosi dirinya dan orang
lain.
7. ORIENTASI LAYANAN
Keinginan untuk membantu dan melayani orang
lain sebaik mungkin untuk memenuhi
kebutuhan mereka.
8. NEGOSIASI
Kemampuan berbicara, bernegosiasi, dan
meyakinkan orang untuk mencapai tujuan
tertentu.
9. COGNITIVE FLEXIBILITY
Kemampuan untuk mengombinasikan beberapa
bidang pengetahuan untuk menyelesaikan
masalah.
Adapun kecerdasan yang di butuhkan di era
koseptual, yaitu sebagai berikut:
1. BUKAN HANYA FUNGSI
TETAPI JUGA DESAIN
Jasa maupun karya tidak hanya tentang
fungsional, tetapi bisa memberikan nilai
estetika yang menyentuh emosi
2. BUKAN HANYA ARGUMEN
TETAPI JUGA CERITA
Kesadaran akan diri dan menciptakan cerita
jauh lebih efektif dalam menyentuh emosi
orang lain
3. BUKAN HANYA FOKUS
TETAPI JUGA SIMPONI
Kemampuan untuk mampu memandang gambaran
besar dan berkolaborasi dengan berbagai
sumber daya yang ada
4. BUKAN HANYA LOGIS
TETAPI JUGA EMPATI
Kemampuan untuk mendengarkan, menghargai
dan merasakan apa yang dirasakan orang
lain
5. BUKAN HANYA
KESERIUSAN TETAPI JUGA BERMAIN
"Keseriusan" akan melahirkan
efisiensi, "Permainan" akan
melahirkan ide dan kreatifitas
6. BUKAN HANYA
AKUMULASI TETAPI JUGA MAKNA
Kemampuan dan kemauan untuk berinovasi yang
memberikan makna & manfaat secara
sosial dan masyarakat
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 SIMPULAN
Industri 4.0 bukan hanya
sekedar jargon siap tidak siap. Pada kenyataannya, hingga saat ini.. Indonesia
masih memerlukan transformasi
infrastruktur IT, penegakkan kedaulatan data dan akhirnya
undang-undang perlindungan data pribadi.
Disamping itu, pendidikan
masyarakat perlu mulai di adaptasikan untuk memenuhi kebutuhan keahlian pada
era industri 4.0. Indonesia lebih memerlukan modernisasi sektor agribisnis
seperti pertanian, perkebunan dan peternakan.
Setelah itu, Indonesia
dapat menggunakan teknologi IIoT dan sebagainya untuk mengoptimalkan rantai
pasokan dan penghasil. Inilah hakikat dari Industri 4.0, harap tidak di
politisir dan di sesatkan, agar benar-benar bermanfaat.
4.2 SARAN
Menurut kelompok kami, pertama untuk industri diharapkan betul-betul
dihitung bahwa yang diotomatisasi itu mungkin untuk jenis pekerjaan yang berat
dan melelahkan secara fisik, kedua kurikulum pendidikan diharapkan berisi yang hal
praktis dibandingkan teoritis. Guru yang profesional dan inovatif juga perlu
ditambah, demikian juga bahan ajar yang disusun sesuai usia, kemamapuan, dan
kebutuhan siswa Ketiga lembaga pelatihan harus memiliki standar yang sama, satu
sama lain dengan dukungan kerja sama industri. Materi pelatihannya harus
disusun dengan melibatkan industri dan tidak hanya berbasis hard skill tetapi
juga soft skill. Keempat pelatih yang dilibatkan dalam lembaga pelatihan harus dipastikan
memiliki sertifikasi resmi dan mendapat pelatihan dari industri.
DAFTAR PUSTAKA
https://mobnasesemka.com/apa-itu-industri-4-0/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar